Strategi Trading Kripto Selama Fase Volatilitas

Mencermati gejolak pasar kripto memerlukan strategi yang matang dan pendekatan disiplin.

Berikut ini beberapa strateginya:

AS: Trump Menang Pemilu dan Fed Pangkas Suku Bunga

Donald Trump pada Rabu (6/11) waktu setempat mengalahkan Kamala Harris dalam pemilihan umum Presiden AS. Trump mewacanakan sejumlah kebijakan proteksionis yang lebih berfokus pada perkembangan ekonomi domestik, seperti:

Merespon hal ini, indeks S&P 500, Nasdaq, dan DJIA pada Rabu (6/11) memecahkan rekor all–time high. Sementara itu, IHSG mengalami foreign outflow sebesar Rp1,1 triliun dan terkoreksi -1,4% secara harian pada 6/11.

Keesokan harinya (7/11), The Fed memangkas suku bunga sebesar -25 bps menjadi 4,5–4,75%, sesuai dengan ekspektasi konsensus.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, market masih berekspektasi The Fed akan kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar -25 bps pada pertemuan Desember 2024. Sebelumnya, probabilitas sempat menurun menjadi 64,9% pada (4/11) dan melanjutkan penurunan sampai 59,4% pada pekan lalu (26/11), sebelum akhirnya meningkat kembali menjadi 73,8% per Rabu (4/12).

Kesimpulan: Mengakrabi Volatilitas Kripto

Volatilitas adalah karakteristik utama pasar mata uang kripto yang — untuk saat ini — tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Alih-alih khawatir akan volatilitas, memahami penyebab dan implikasinya dapat membantu individu mengambil keputusan yang tepat dan berpotensi memanfaatkan peluang yang ada.

Melalui riset menyeluruh, manajemen risiko, dan strategi trading yang disiplin, trader dapat mencermati gejolak pasar dan meminimalkan potensi kerugian. Alat analisis teknis dapat membantu memprediksi dan mengelola volatilitas, sementara strategi diversifikasi dan manajemen portofolio dapat mengurangi risiko dan memaksimalkan keuntungan.

Seiring dengan makin berkembangnya pasar kripto, mengakrabi volatilitas menjadi makin penting. Mengikuti informasi, beradaptasi dengan kondisi pasar, dan mempertahankan perspektif jangka panjang dapat membantu trader mengambil keputusan yang tepat.

Semua contoh yang tercantum dalam artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Anda tidak boleh menafsirkan informasi atau materi lainnya sebagai nasihat hukum, perpajakan, investasi, keuangan, keamanan siber, atau nasihat lainnya. Di dalamnya sama sekali tidak terkandung ajakan, rekomendasi, dukungan, atau tawaran dari Crypto.com untuk berinvestasi, membeli, atau menjual koin, token, atau aset kripto lainnya. Keuntungan dari pembelian dan penjualan aset kripto dapat dikenai pajak, termasuk pajak keuntungan modal, di yurisdiksi Anda.

Kinerja masa lalu tidak menjamin atau mencerminkan kinerja masa depan. Nilai aset kripto bisa naik atau turun, Anda juga bisa kehilangan semua atau sebagian besar nilai aset yang Anda beli. Ketika menilai aset kripto, Anda hendaknya melakukan riset dan uji tuntas sendiri untuk membuat penilaian terbaik, sebab setiap pembelian menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya.

Mata uang kripto telah merevolusi lanskap keuangan dengan sifat digitalnya yang terdesentralisasi. Namun, mata uang ini juga memiliki karakteristik yang biasanya lebih memengaruhinya dibandingkan mata uang fiat — volatilitas.

Dalam panduan komprehensif ini, kita akan mempelajari apa yang dimaksud dengan volatilitas di pasar mata uang kripto, mengapa perlu memahaminya, dan beberapa faktor yang memengaruhi volatilitas kripto.

Peristiwa Makroekonomi

Peristiwa makroekonomi, seperti krisis ekonomi atau ketegangan geopolitik, juga dapat memicu volatilitas di pasar mata uang kripto. Peristiwa semacam ini dapat menimbulkan pelarian aset ke tempat yang aman, pengguna membeli atau menjual mata uang kripto sebagai respons terhadap meluasnya ketidakpastian pasar. Contohnya, pengumuman suku bunga oleh pemerintah.

Memahami faktor-faktor ini dan interaksinya sangat penting untuk mencermati gejolak pasar dan mengambil keputusan yang tepat dalam lanskap mata uang kripto yang terus berubah.

Contoh volatilitas dalam pasar obligasi

Meskipun cenderung lebih stabil daripada saham, pasar obligasi tetap dipengaruhi oleh volatilitas.

Perubahan suku bunga atau perubahan persepsi risiko kredit dapat memicu fluktuasi dan deviasi standar harga obligasi.

Apa saja contoh volatilitas dalam pasar obligasi?

Pertama, kenaikan suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun.

Ini karena imbal hasil yang lebih tinggi pada instrumen keuangan lain, seperti deposito berjangka atau saham, menjadi lebih menarik bagi investor. Akibatnya, harga obligasi mengalami fluktuasi.

Contoh volatilitas kedua adalah penurunan suku bunga. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, harga obligasi cenderung naik.

Investor mencari instrumen yang memberikan imbal hasil lebih baik daripada suku bunga yang rendah. Kondisi ini juga menciptakan volatilitas dalam harga obligasi.

Contoh selanjutnya adalah perubahan persepsi risiko kredit. Jika persepsi risiko terhadap penerbit obligasi berubah, misalnya karena perubahan kondisi ekonomi atau peringkat kredit, harga obligasi dapat berfluktuasi.

Obligasi dari penerbit dengan risiko kredit yang lebih tinggi akan mengalami volatilitas lebih besar.

Kinerja Perusahaan

Penyebab naik-turunnya harga saham salah satunya berasal dari kinerja dan kegiatan yang dilakukan perusahaan masing-masing. Misalnya peluncuran produk baru mendapat sambutan baik sehingga dapat meningkatkan angka penjualan dan pendapatan perusahaan.

Berita positif mengenai perusahaan dapat menjadi efek domino yang baik, seperti meningkatnya kepercayaan investor untuk membeli saham perusahaan. Peningkatan volume pembelian dapat menaikkan harga saham perusahaan. Hal ini berlaku sebaliknya apabila sewaktu-waktu ada pemberitaan negatif mengenai perusahaan.

Contoh volatilitas dalam pasar mata uang

Pasar mata uang juga rentan terhadap volatilitas. Naik-turunnya volatility harga dalam pasangan mata uang bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk perubahan dalam kebijakan moneter, kondisi ekonomi global, atau kejadian geopolitik.

Sebagai contoh, ketika terjadi krisis politik di suatu negara atau ketidakpastian faktor ekonomi dan politik global, nilai tukar mata uang bisa berubah secara drastis dalam waktu singkat, menyebabkan volatilitas yang besar di pasar valuta asing.

Mengapa Volatilitas Mata Uang Kripto Itu Penting?

Volatilitas di pasar kripto dapat menimbulkan risiko sekaligus peluang.

Di satu sisi, volatilitas dapat menghasilkan keuntungan besar jika transaksi dilakukan pada waktu yang tepat. Di dunia kripto, pengguna menyebutnya “buy the dip” (beli saat harga turun) dan “take profit” (ambil untung) — dengan kata lain, karena volatilitas menyertai pasar kripto, seseorang dapat menunggu harga turun untuk membeli dan sering kali menjual cepat-cepat dengan harga tinggi.

Di sisi lain, volatilitas dapat menimbulkan kerugian besar jika tidak dikelola dengan baik. Dengan kata lain, menjual dengan harga rendah dan membeli dengan harga tinggi.

Intinya, volatilitas adalah fitur penting di pasar mata uang kripto yang tidak boleh diabaikan. Dengan memahami volatilitas, trader dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk mengamati gejolak pasar.

Pelajari psikologi trading dan pengaruhnya terhadap perilaku pembelian.

Bagaimana cara memprediksi volatilitas?

Memprediksi volatilitas tidak bisa menggunakan satu metode saja. Beberapa metode sering kali digabungkan untuk mendapat perkiraan yang lebih andal.

Metode-metode tersebut antara lain: analisis historis, pendekatan statistik model GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity), analisis fundamental, analisis sentimen, teknik machine learning, dll.

Faktor Sektor dan Industri

Faktor penyebab lain dari volatilitas adalah dari sektor dan industri. Hal ini dapat terjadi jika pemerintah memberlakukan banyak aturan yang mengikat pada industri tertentu. Sebagai contoh saat perusahaan harus meningkatkan kepatuhan dan mengeluarkan biaya lebih besar untuk karyawan berdasarkan ketentuan tersebut sehingga mempengaruhi pendapatan perusahaan di periode tersebut.

Selain itu, beberapa kegiatan berupa pengumuman dari industri sekuritas juga bisa menjadi faktor penyebab volatility, seperti pembatasan atau penundaan trading, laporan pertemuan tahunan, insider trading, dll.